Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada 20-21 Februari kemarin bertempat di Hotel Bidakara, Jakarta. Dalam Rakernas ini BNPT telah mencanangkan 7 program prioritas salah satunya yaitu Sekolah Damai yang akan dilaksanakan pada tahun 2024
Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Hendro Wicaksono mengatakan, program Sekolah Damai digagas mengingat adanya perubahan pola operasi dari kelompok radikal karena belakangan ini mereka tidak melakukan perekrutan secara konvensional lagi tapi memilih sasaran baru berupa perempuan, anak dan remaja (SMA dan sederajat).
Latar belakang dari pembentukan sekolah damai ini karena keprihatinan terhadap meningkatnya intoleransi di kalangan pelajar karena berdasarkan hasil survei SETARA Institute tahun 2023 bahwa tingkat intoleransi pelajar sangat tinggi.
Dimana syariat islam dianggap sebagai landasan bernegara didukung oleh 56,3%, pancasila bukan sebagai ideologi permanen artinya dapat diganti itu dipilih sebanyak 83,3%. Dari hasil tersebut terdapat kelompok Intoleran pasif dan aktif. Untuk intoleran pasif ada sekitar 24,2% sedangkan aktif ada 5%
“Untuk itu kami simpulkan bahwa ada 5 faktor yang mempengaruhi intoleran ini di antaranya pemahaman wawasan kebangsaan yang kurang, kemudian intensitas penggunaan sosial media, aktifitas keseharian siswa, sikap keagamaan, dan kondisi sosial ekonomi” jelasnya.
Sasaran kegiatan Sekolah Damai itu meliputi 5 hal di antaranya wilayah (daerah yang memiliki tingkat radikalisme peringkat 10 besar sesuai dengan indeks radikalisme), sekolah (sekolah yang memiliki tingkat intoleran sesuai dengan indikator yang dibuat oleh Kemendikbud dan Provinsi), pelajar SMA, guru dan terakhir komite sekolah.
Adapun program atau kegiatan dalam Sekolah Damai meliputi pelatihan guru, sosialisasi, pentas seni dan budaya, lomba kreatifitas serta monitoring yang akan dilaksanakan melalui Duta Damai BNPT yang tersebar di 18 Provinsi