MH Thamrin bukan hanya dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga sebagai sosok yang memanfaatkan sepakbola sebagai alat perjuangan politik. Pada masa penjajahan Belanda, sepakbola bukan sekadar olahraga, melainkan menjadi medium untuk membangun semangat nasionalisme dan persatuan rakyat.
Mohammad Husni Thamrin, atau lebih dikenal sebagai MH Thamrin, adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Batavia pada 16 Februari 1894. Ia dikenal sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat) yang vokal menyuarakan hak-hak rakyat Indonesia di bawah penjajahan Belanda. Selain bergerak dalam dunia politik formal, Thamrin juga aktif membangun semangat kebangsaan melalui jalur budaya dan olahraga, salah satunya sepakbola.
Pada masa penjajahan, sepakbola menjadi salah satu olahraga yang digemari oleh rakyat Indonesia. Namun, lapangan hijau tidak hanya menjadi arena kompetisi olahraga, tetapi juga sarana untuk menyuarakan identitas nasional. MH Thamrin melihat potensi besar dalam olahraga ini untuk membangun solidaritas di kalangan masyarakat pribumi.
Ia mendukung berdirinya Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) pada tahun 1928, yang menjadi cikal bakal Persija Jakarta. Melalui VIJ, Thamrin berupaya menunjukkan bahwa rakyat Indonesia mampu bersaing dengan tim-tim Eropa yang mendominasi kompetisi sepakbola pada masa itu. Dukungan terhadap VIJ menjadi simbol perlawanan terhadap diskriminasi kolonial di bidang olahraga.
MH Thamrin mengajarkan kita bahwa olahraga tidak hanya tentang kompetisi fisik, tetapi juga tentang membangun kekuatan sosial dan politik. Sepakbola adalah contoh nyata bagaimana budaya populer dapat digunakan untuk memperjuangkan perubahan besar. Dengan menjadikan sepakbola sebagai alat perjuangan, Thamrin mampu menyentuh hati rakyat dan membangkitkan semangat nasionalisme di masa sulit.