Dutadamaijakarta.id – Teknologi dapat membantu anak mempelajari banyak hal. Orangtua jangan phobia dan anti dengan teknologi yang memang sedang trend dan tidak bisa dilepaskan dari genggaman anak-anak sekarang. Dimana mereka tidak bisa dilepaskan dengan games kekinian dari smartphone yang dimiliki, PC ataupun laptop. Bahkan kini games online menjadi salah satu jenis olahraga kategori e-sport yang bisa mendatangkan uang bila digeluti secara maksimal. Solusi yang bisa dilakukan orangua yakni dengan mengenalkan dan memilihkan games edukasi kepada anak sesuai umurnya.
Selain itu, orangtua juga harus mengajarkan anak untuk berdamai dengan game online dengan membatasi waktu penggunaan smartphone. Empat kementerian sepakat membatasi penggunaan smartphone di satuan pendidikan untuk melindungi anak-anak dari dampak buruknya. Semua satuan pendidikan dan orangtua murid diimbau untuk melarang anak membawa smartphone.
Keempat kementerian yang menyepakati pembatasan penggunaan smartphone oleh anak-anak yakni Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), serta Kementerian Agama (Kemenag).
“Saya mengimbau masyarakat khususnya orangtua dan anak serta semua satuan pendidikan, baik sekolah umum maupun madrasah, dapat membatasi penggunaan gawai. Gawai digunakan hanya untuk mengunduh mata pelajaran tertentu. Ini untuk mencegah anak-anak kita mendapatkan infomasi yang tidak layak, seperti pornografi, radikalisme, kekerasan, hoaks, SARA, dan lainnya,” kata Yohana dalam pernyataan bersama di Kantor Kementerian PPPA, Jakarta.
Menteri PPPA mengatakan penetrasi penggunaan smatphone ataupun perangkat digital lainnya yang tinggi di kalangan anak saat ini minim pengawasan. Akibatnya, penggunaan smartphone cenderung ke arah negatif dan membahayakan anak.
Berdasarkan hasil kajian Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian PPPA pada 2016, lanjutnya, 70% anak membawa smartphone ke sekolah. Sekitar 61% di antara mereka menggunakan smartphone untuk keperluan chatting dan bermain game, 29% digunakan untuk mencari informasi terkait mata pelajaran, dan hanya 10% yang menggunakannya untuk keperluan komunikasi dengan orangtua atau teman.
Masih menurut kajian yang sama, lanjut Yohana, durasi penggunaan smartphone pada anak juga memprihatinkan. Sebanyak 60% anak menggunakan smartphone selama lebih dari 3 jam, 25% anak menggunakan smartphone selama 1-2 jam, dan hanya 15% anak yang menghabiskan waktu kurang dari 1 jam menggunakan smartphone.
Ketegasan penggunaan smartphone anak-anak sangat bergantung pada perang orangtua dalam menentukan keberhasilan. Seringkali orangtua tidak mau repot dengan tingkah anak-anak dengan memberikan smartphone di usia yang seharusnya tidak perlu. Misalnya usia setahun, bayi pasti aka diam ketika diberikan smartphone karena aneka warna dan ada bunyinya yang menarik. Tugas pembentukan karakter anak tidak semata bergantung pemerintah, masyarakat dan keluarga yang justru berperan sangat penting. Dari keluargalah, karakter anak akan terbentuk menjadi karakter yang sesuai. (dutadamaijakarta/MH)