Pemuda, Pendidikan dan Perdamaian Internasional

0
317

“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia,” ucap Ir. Soekarno dalam pidatonya saat HUT Proklamasi 1956. 

Jika terlintas dalam benak kita tentang kutipan tersebut “bagaimana bisa hanya dengan sepuluh pemuda mampu mengguncang dunia dibandingkan dengan seribu orang tua? Apakah mungkin?”. Dari skala jumlah memang seribu itu jauh lebih banyak seratus kali lipat dibanding sepuluh, namun hal tersebut memang benar jika diukur dari segi kuantitas bukan kualitas. 

Orang tua hanya bisa melakukan apa yang saat ini bisa mereka lakukan, namun pemuda masih dalam tahap pengembangan diri dan akan terus berkembang hari demi hari agar dapat melakukan apa yang ingin diraih ke depannya terlebih dalam hal kontribusi untuk negeri.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menurut Undang-Undang No.40 tahun 2009, pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia 16 sampai 30 tahun dan merupakan periode penting usia pertumbuhan serta perkembangan. Saat ini kita termasuk dalam kelompok usia produktif jika dilihat dari sudut pandang demografi penduduk. 

Usia pemuda dalam perhitungan beban ketergantungan (perbandingan antara jumlah penduduk usia nonproduktif dengan jumlah penduduk usia produktif) memiliki posisi sebagai penanggung beban penduduk usia tidak produktif (usia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Dengan kata lain pemuda adalah tulang punggung bangsa dan penentu masa depan bangsa. 

Pemuda berperan aktif sebagai ujung tombak dalam mengantarkan kemerdekaan bangsa. Oleh karena itu pemuda berkarakter, maju dan mandiri diharapkan dapat tercipta melalui pembangunan di bidang kepemudaan. Semakin rendah persentase angka beban ketergantungan, maka semakin mandiri negara atau daerah tersebut. 

Semua hal itu dimulai dengan menempuh jenjang pendidikan dengan belajar sungguh-sungguh, secara pribadi tidak mengatakan bahwa belajar harus di suatu lembaga pendidikan. Dari diri sendiri mempunyai pendapat bahwa pengetahuan, ilmu dan pengalaman bisa didapatkan di mana saja selagi kita ingin berusaha mendapatkannya. 

Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2019, perkiraan jumlah pemuda sebesar 64,19 juta jiwa atau seperempat dari total penduduk Indonesia. Jumlah tersebut bukanlah angka yang sedikit.

Coba bayangkan saja 10 persen dari jumlah pemuda di Indonesia punya obsesi tinggi dalam berusaha untuk meraih impian serta cita-cita dengan belajar sungguh-sungguh, maka bisa diperkirakan akan ada kurang lebih 6.419.000 pemuda sukses yang siap berkontribusi untuk negeri dan melebarkan sayapnya ke manca negara. 

Pemuda dengan tekad yang kuat serta wawasan yang luas mampu mengguncang dunia, salah satu caranya dengan melanjutkan pendidikan di luar negeri. Di lain sisi pemuda juga memiliki peran untuk menjaga perdamaian internasional bagi kita yang sedang menempuh pendidikan di manca negara. 

Dilansir dari Kompas.com. Sebagai sebuah negara, Indonesia harus berpartisipasi aktif dalam perdamaian dunia. Hal tersebut menjadi salah satu tujuan nasional yang ingin dicapai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam buku Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan (2019) karya Winarno, peran serta Indonesia dalam pemeliharaan perdamaian merupakan amanat Pembukaan UUD 1945, alinea keempat yaitu: 

“..Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial..” 

Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menekankan pentingnya partisipasi aktif dalam dunia internasional. Dunia yang aman dan damai tentu menjadi harapan semua manusia, termasuk Indonesia. Tentunya perdamaian dunia tidak akan lepas dari peran pemuda. 

Tidak harus dalam aspek yang berat dan besar semacam ekonomi, politik, militer dan sebagainya, langkah kecilnya cukup menjaga rasa persaudaraan antar sesama bagi pemuda yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri dengan masyarakat sekitar atau pun sesama pelajar di sana. 

Jumlah mahasiswa Indonesia di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) pada 2018 merupakan yang tertinggi sejak 1997. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik Indonesia 2019 mencatat total jumlah mahasiswa Indonesia yang masuk pada 2018 sebanyak 7 juta jiwa.

Angka tersebut terdiri atas 4,5 juta jiwa mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan 2,5 juta jiwa mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Jumlah mahasiswa pada 2018 tumbuh 1,4% dari tahun sebelumnya yang sebesar 6,9 juta jiwa. 

Peran pemuda tidak hanya membawa citra negeri Indonesia dalam kancah manca negara, namun juga ikut turut berpartisipasi dalam hal menjaga perdamaian internasional dari segi aspek sosial karena kita yang sebagai warga negara asing terjun langsung berinterkasi dengan masyarakat lokal. 

Perbedaan bahasa dan budaya tentu menjadi sebuah persoalan yang dihadapi seluruh warga asing termasuk pelajar Indonesia dalam berinteraksi sehari-hari, terkadang sebuah kesalahpahaman sering muncul karena perbedaan tersebut bahkan bisa sampai terjadi perkelahian. 

Pelajar Indonesia memiliki peranan penting dalam menghindari perselisihan semacam itu karena status kita yang merupakan warga asing, jadi harus kita yang mencoba memahami bagaimana cara berbahasa dan budaya di sana. 

Memang hal tersebut bukan lah suatu hal yang mudah di mana kita harus menurunkan ego agar dapat berbaur, namun dari sini dengan inisiatif pemuda Indonesia pasti akan timbul respon yang selaras dan masyarakat di sana termasuk teman sesama pelajar akan berbalik mencoba memahami kita. 

Dengan terciptanya lingkungan di mana orang saling mencoba memahami dan menghargai maka akan timbul yang namanya perdamaian tanpa ada diskriminasi, curiga dan bad impression.

Ini merupakan cikal bakal atau langkah kecil menurut pendapat pribadi dari perdamaian internasional yang dimulai langsung dengan berinteraksi mencoba saling memahami dan menghargai warga negara lain.

SHARE
Previous articlePeran Pemuda Dalam Menjaga Perdamaian
Next articleToleransi Menciptakan Perdamaian

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here