Indonesia merupakan negara yang sangat indah dan banyak didamba oleh warga-warga negara asing. Bukan hanya keindahan saja, melainkan juga kekayaan secara aset bumi yang sangat melimpah di negeri ini.
Selain itu, yang paling penting adalah penduduk negeri ini yang sangat plural dan majemuk harus mampu hidup berdampingan satu sama lainnya dengan cara saling menghormati dan tolerasi terhadap segala perbedaan agar dapat menikmati kehidupan yang aman, damai, dan tentram di negeri yang indah ini.
Akan tetapi, belakangan seringkali terjadi kasus-kasus intoleransi antar umat beragama di negeri ini. Yang mana, itu sangat mencoreng nama baik Indonesia dengan ciri khas masyarakat plural yang mampu hidup rukun berdampingan tanpa menghiraukan perbedaan.
Sebut saja misalnya, menurut media VOAINDONESIA (11/08/2020) bahwa telah terjadi aksi intoleransi di Kota Solo, yakni sekelompok massa yang menyerang beberapa warga dari keluarga Assegaf Al Jufri yang sedang melaksanakan kegiatan adat dan agama midodareni.
Menurutnya bahwa keluarga tersebut dituduh melakukan ajaran Syiah. Selain itu, masih banyak bentuk kasus-kasus intoleransi lainnya yang seringkali terjadi pada kelompok-kelompok minoritas di negeri ini.
Oleh karena itu, masyarakat di negeri ini harus dituntut untuk memiliki sebuah sikap yang tidak merugikan orang lain, sebut saja, misalnya toleransi.
Karena, pada prinsipnya kehidupan di negeri ini faktanya adalah kehidupan yang plural dan negeri ini dibangun bukan hanya oleh satu golongan saja melainkan melibatkan semua. Sehingga sepatutnya toleransi harus menjadi sikap wajib bagi masyarakat dalam melanjutkan kehidupan di tanah air ini.
Pengertian Toleransi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata toleransi diartikan sebagai pertama, dua kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh. Kedua, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Ketiga, penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja.
Sedangkan menurut istilah toleransi diartikan sebagai menghargai, membolehkan, membiarkan pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang lain atau bertentangan dengan pendirinya sendiri, seperti halnya ideologi, ras, dan sebagainya.
Sementara Tillman berpendapat bahwa toleransi adalah saling menghargai melalui pengertian dengan tujuan perdamaian. Bahkan toleransi baginya disebut juga sebagai metode dan faktor esensi menuju perdamaian.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat dipahami bahwa toleransi merupakan sebuah sikap saling menghargai dan menghormati antar perbedaan, baik dari sisi agama, ras, suku, budaya dan sebagainya.
Agama dan Perdamaian
Dalam hal ini, bahwa pada prinsipnya semua agama mengajarkan cinta kasih dan perdamaian. Penulis sendiri meyakini bahwa setiap agama hadir dalam kehidupan manusia bukan untuk menyakiti, menghardik bahkan membunuh orang lain. Melainkan agama hadir sebagai penenang jiwa kedamaian bagi umat manusiadengan ajaran-ajaranya untuk selalu mencintai Tuhan-nya.
Bagaimana mungkin seseorang disebut sebagai pencinta Tuhan-nya, sementara dirinya menyakiti makhluk Tuhan yang ia cintai. Dalam hal ini, menurut suatu pendapat bahwa agama-agama yang ada di dunia ini dapat digunakan sebagai media pengembang generasi cinta damai. Karena pada hakekatnya, agama tidak mengajarkan kebencian bagi siapapun.
Bahkan tiap agama dan para utusannya memiliki pesan untuk di sampaikan pada umatnya, yakni pesan perdamaian. Apalagi, budaya dan agama sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari diri manusia. Sebab pada prinsipnya, manusia diciptakan di dunia ini dengan kondisi yang berbeda, baik agama maupun lainnya.
Hal tersebut, sebagai bukti bahwa perbedaan harus diterima dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan. Ancaman bagi bagi keberlangsungan agama dan budaya, akan membahayakan karakter keterbukaan dan kepercayaan diri yang akan merusak hubungan nilai-nilai karakter budaya manusia.
Realita Toleransi di Indonesia
Indonesia merupakan sebuah negara multi-kultural dan agama, yang mana masyarakatnya terdiri dari orang dengan berbagai macam nilai. Tentu dalam hal ini, agama-agama yang ada di Indonesia sangat beragam, baik itu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu bahkan ada banyak agama lokal yang memang jarang sekali diketahui kebanyakan orang.
Kondisi tersebut sebenarnya sangat berpotensi besar untuk terjadinya sebuah intoleransi antar umat beragama, jika agamanya tidak dipahami secara matang dan benar serta minimnnya sikap toleransi antar perbedaan. Harapan yang tidak diinginkan tersebut terbukti banyak sekali kasus-kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia.
Disebabkan adanya kesalahpahaman para penganut agama akan agamanya sendiri dan diperparah dengan memaksa orang lain terhadap suatu keyakinan tanpa menghiraukan hak orang lain itu sendiri. Sebut saja misalnya, penyerangan sekolompok massa pada keluarga Assegaf Al Jufri yang telah dipaparkan sebelumnya.
Padahal, seperti halnya Islam dengan Muhammad, Kristen dengan Jesus, Budha dengan Sidharta Gautama dan lain sebagainya telah mengajaran prinsip-prinsip kedamaian dan sikap toleransi kepada pihak yang berbeda dengan serta memberikan berbagai teladan, bahwa agama bukan semata ritual vertikal, melainkan sikap saling menghargai akan sebuah perbedaan inilah yang kemudian akan menjadikan agama sebagai sebuah entitas yang berisikan kedamaian dan kasih sayang.
Sikap Toleransi Sebagai Solusi Perdamaian di Indonesia
Dalam hal ini, harapan yang tinggi bagi negeri ini adalah para pemuda, yakni mereka sebagai penerus generasi saat ini dengan harapan dapat hidup rukun, saling menghargai dan menjaga agar kehidupan di negeri ini tercipta kedamaian dan keamanan.
Sehingga kemudian, peran para pemuda tersebut tidak bisa tergantikan dalam menjembatani perdamaian antar agama di negeri ini.
Kasus-kasus seperti islamophobia, chrostianophobia dan lain sebagainya harus bisa dikendalikan bahkan dihilangkan melalui nilai-nilai toleransi.
Di samping itu, perlindungan dari kelompok ekstrimis perlu ditingkatkan secara masif serta membela dan menjaga kaum-kaum minoritas yang memang rentan terhadap intoleransi.
Dalam hal ini, melalui nilai-nilai toleransi sebenarnya sudah cukup untuk membendung terjadinya intoleransi. Akan tetapi, boleh jadi pendekatan lainnya boleh ditambahkan seperti pendekatan multikultural.
Alternatif tersebut setidaknya dapat digunakan sebagai metode lainnya dalam mengurangi konflik sosial yang sering muncul belakangan ini, baik konflik atas nama agama, suku, ras dan lain sebagainya.
Pada prinsipnya, kehidupan di negeri ini yakni Indonesia hadir dengan kehidupan yang multikultural. Artinya bahwa terdapat beragam perbedaan baik dari sisi agama, suku, ras, budaya, warna kulit dan lain sebagainya.
Sehingga dalam kehidupan negeri ini, sikap dan nilai-nilai toleransi sangat penti ditanamkan dalam kehidupan masyarakat guna mencegah intoleransi, perpecahan, peperangan, dan lain sebaginya.
Masyarakat harus meyakini bahwa semua masyarakat yang tinggal di negeri ini adalah saudara,setidaknya jika tidak saudara dalam se-agama, se-suku, se-ras, dan se-budaya, maka anggaplah semua saudara dalam kemanusiaan. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan terjadinya intoleransi atas nama apapun di negeri ini dan harapan hidup damai akan tercipta dengan baik.