Heyyy warga Jakarta, siapa sih di sini yang enggak kenal dengan Kerak Telor?
Makanan yang terkenal dengan ciri khas cara memasaknya yang cukup unik, yaitu wajan yang digunakan untuk memasak nantinya akan dibalik ke arah arang saat adonan kerak telor sudah setengah matang.
Kerak telor atau yang juga dikenal dengan omelette Betawi, karena bentuknya mirip omelette atau telur dadar, tercipta dari hasil kreasi etnis Betawi Kota yang tinggal di daerah Menteng pada penjajahan VOC di Indonesia.
Melansir dari berbagai sumber, berawal dari warga Belanda yang terbiasa mengonsumsi omelette mi dan menginginkan makanan yang lebih sehat, sekelompok masyarakat Betawi Menteng kemudian berinisiatif mengganti mi dengan beras ketan. Ketan putih, udang kering, merica, garam, telur ayam dan bebek dan kelapa yang saat itu melimpah ruah di Batavia menjadi bahan utama kerak telor.
Penggunaan dua jenis telur dalam pembuatan kerak telor ternyata juga memiliki tujuan tersendiri. Telur bebek untuk menghasilkan cita rasa yang lebih gurih, sedangkan telur ayam juga diperlukan agar tekstur kerak telor tidak terlalu kering.
Seiring berjalannya waktu pada era tahun 90-an masyarakat Betawi mulai memberanikan diri untuk menjual kerak telor di pasaran. Tidak disangka ternyata kerak telor banyak disukai oleh masyarakat, bahkan sampai masyarakat kalangan atas.
Pesan Damai
Dalam pemilihan untuk memakai bahan-bahan untuk kerak telor yang melimpah di wilayah Jakarta atau Batavia di masa lalu layaknya proses pengenalan jatidiri, menemukan kekuatan dan mengakui kelemahan secara jujur yang pada akhirnya menghasilkan satu orisinalitas yang berakar dari tradisi sendiri.
Semua orang pasti sepakat bahwa dalam proses peramuan kerak telor itu tidak mudah, penuh trial and error. Misalnya sama seperti dalam proses peramuan Pancasila untuk bisa disepakati sebagai norma dasar bangsa kita itu tidak terjadi dalam waktu singkat
Ramuan Pancasila punya proses panjang. Hal yang bisa dipelajari dari proses ini ialah tekad untuk pantang menyerah dalam meracik bahan-bahan berbeda menjadi produk baru dengan takaran yang pas.
Peramuan atas keragaman bahan kerak telor bergabung menjadi satu kesatuan baru yang saling mengikat. Beras ketan, telur, ebi, bumbu-bumbu seperti yang utama kelapa sangrai, dan sebagainya, dipadukan dan diolah menggunakan komposisi berimbang yang tidak sembarangan.
Baik dari segi pemilihan bahan maupun proses peramuan kerak telor, jika dianalogikan dalam dinamika sosial, bisa menjadi contoh bagi pentingnya pengikatan, persatuan atau perpaduan masyarakat. Sebagai gambaran, Jakarta satu abad lalu tentu berbeda dengan Jakarta hari ini.
Berarti Jakarta hari ini dibentuk oleh “bahan-bahan” dari seluruh Indonesia, atau bahkan mancanegara. Jika “bahan-bahan” ini tidak bisa dipadukan, maka yang terjadi adalah perselisihan antarmasyarakat. Konflik bisa terjadi kapan pun sebagai bentuk dampak ketidakmampuan dalam mengenali diri.
Sebagaimana peramuan Pancasila, maka yang harus dilakukan adalah membangun kehendak bersama untuk kemaslahatan, terutama oleh para pemimpin.