Sebuah foto tersebar di Facebook, Intan memegang nozzle memadamkan api. Dengan peluh yang menetes di dahi, dia mengangkat pipa untuk membuat sumur bor di hutan. Akun yang menyebarkan foto itu memberi tambahan tulisan di bawahnya.
”Namanya Intan… dia emang tergolong seperti batu permata… anak gadis seumuran dia bisa saja hanya duduk di café sambil maenin gadget, bisa saja kiliing time di spa atau di salon-salon… anak gadis seumuran dia bisa saja sangat takut bila kukunya terlambat di meni pedi… anak gadis seumuran dia bisa saja sangat takut tidak meng up date medsos nya… tapi dia Intan… si batu permata ini malah memilih gabung di laskar SEKOLAH RELAWAN”.
Kontan foto tersebut tersebar dengan luas di media sosial. Nama Intan menjadi pembicaraan banyak orang yang penasaran dengan sosok gadis berambut sebahu ini.
Intan adalah potret srikandi muda belia Indonesia yang tak hanya peduli lingkungan dan cinta tanah air. Dia adalah pahlawan bagi orang-orang yang ada di area yang dilanda kebakaran.
Intan saat ini tergabung dalam laskar pemadam api yang digawangi Gaw Bayu Gawtama, yakni Laskar Sekolah Relawan. Mereka bekerja sebagai relawan dengan membuat sumur bor di dekat titik api yang membakar hutan Kalimantan.
Dijumpai di kampusnya, mahasiswi semester tiga Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta ini baru saja mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS). Intan yang hari itu mengenakan celana jins dipadu jaket denim putih bercerita, ini adalah pengalaman pertamanya terjun langsung menjadi relawan. Sebelumnya dia juga ingin terjun langsung menjadi relawan saat banjir menerjang Jakarta namun, sang ibu melarangnya.
Intan bercerita, keinginan untuk menjadi relawan muncul ketika membaca pemberitaan media massa tentang maraknya kebakaran hutan dan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan.
“Sempat searching di internet mencari tahu kelompok relawan yang akan berangkat ke Kalimantan. Tidak sengaja ternyata ada teman yang sudah berangkat,” jelas gadis berusia 19 tahun ini.
Dari sang teman itulah Intan kemudian mengenal Sekolah Relawan, kelompok relawan yang sebelumnya sudah memberangkatkan puluhan anggotanya ke Kalimantan Tengah. Pada Oktober lalu, dia mendapat kabar kalau akan segera diberangkatkan. Dilema pun muncul.
“Saya sampai nangis minta izin dan berdebat dengan orangtua, tapi tetap tak diberi izin. Selain itu, tugas kampus juga belum kelar dikerjakan,” ujar mahasiswi semester 3 Politeknik Media Kreatif Jakarta ini.
Ketika tragedi kebakaran hutan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia dan menimbulkan penderitaan karena kabut asap, pemilik nama lengkap Intan Syafrini Fazrianti tersebut tergerak hatinya. Gadis berusia 19 tahun ini tidak sekadar memantau berita, dia juga tergerak terjun langsung ke lokasi kebakaran hutan di Pulau Kalimantan.
Berkat informasi dari seorang temannya yang lebih dulu berangkat ke sana, Intan mendapat kesempatan menjadi relawan. Selang seminggu pasca mengajukan diri, Intan yang hobi fotografi ini dihubungi untuk menjadi relawan bagian dokumentasi dan segera bisa berangkat keesokan harinya. Tidak hanya mendokumentasikan susasana dan kegiatan para relawan, dia ikut melakukan pemadaman.
Intan tak menyangka pemberitaan tentang dirinya menyebar dengan cepat. Ponselnya tak berhenti berdering dari para awak media yang tertarik menulis tentang dirinya. Orang-orang yang dikenalnya pun banyak yang menghubungi mempertanyakan kebenaran foto yang beredar itu. *