Bangsa Indonesia dulu adalah bangsa yang cinta damai, dunia pun mengakui akan hal itu. Masyarakat yang penuh keramahan, sopan santun dan peduli akan sesama, namun seiring berjalannya waktu hal ini mulai terkikis dan menghilang.
Saya jadi teringat kata ini “Beraneka ragam tetapi masih satu jua”, ini adalah semboyan Negara Republik Indonesia yang kita junjung tinggi bersama. Semboyan ini secara jelas mengggambarkan tentang nilai dari toleransi berbangsa dalam merajut kebersamaan dan kedamaian yang kita impikan saat ini.
Diperlukan keseriusan dan kerja keras kita bersama dalam mewujudkan spirit ini. Perlu kita ketahui bersama, masalah perdamaian kini tidak saja menjadi masalah urgen bagi bangsa Indonesia. Namun masalah perdamaian merupakan salah satu dari lima isu global yang berkembang sekarang ini.
Tentu saja sebagai pemuda hal ini menjadi sebuah tantangan bagi kita untuk membudayakan kembali rasa cinta damai diantara masyarakat yang memiliki ragam jenis suku, agama dan ras. Membangkitkan api yang telah redup dan menciptakan kembali rasa cinta damai sebagai jati diri bangsa kita.
Di bulan ini terbilang cukup istimewa dikarenakan bertepatan dengan kembalinya Indonesia memegang presidensi di Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Rekam Jejak diplomasi Indonesia, terutama diplomasi perdamaian dan kemanusiaan dalam beberapa tahun terakhir mulai dihargai kembali oleh dunia. Mulai dari isu Afghanistan hingga Rohingya, dari isu Palestina hingga konsep Indo Pasifik.
Keadaan ini juga diperkeruh situasi geopolitik dan geoekonomi yang semakin tidak pasti. Untuk itu, presidensi Indonesia mengusung tema Advancing Sustainable Peace, memajukan perdamaian yang lestari, khususnya pada masa pandemi. Indonesia meyakini, perdamaian bukan datang begitu saja.
Perdamaian harus diupayakan, ditumbuh kembangkan, dan terus disemai. Tanpa perdamaian dan keamanan, upaya kita untuk menangani krisis kesehatan dan pemulihan ekonomi mungkin akan sia-sia. Tentu, di tengah badai pandemi Covid-19, tantangan pemeliharaan perdamaian dan keamanan dunia tidak semakin ringan, bahkan sebaliknya menjadi semakin sulit.
Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menyeret negara-negara rentan kembali ke pusaran konflik. Virus Covid-19 datang memberikan dimensi baru ancaman pandemi terhadap stabilitas perdamaian dan keamanan dunia. Keterbatasan pergerakan semasa pandemi telah mengganggu arus bantuan kemanusiaan, menghambat operasi pemeliharaan perdamaian, dan menunda proses bina damai (sustaining peace).
Saat ini ada sebanyak 1,4 juta pengungsi yang berada di Jalur Gaza hidup dengan kondisi memprihatinkan. Akses perawatan kesehatan dan pengiriman bantuan kemanusiaan terhambat karena blokade yang disebabkan konflik berkepanjangan. Sementara itu, teroris dan kelompok bersenjata rawan mengeksploitasi kondisi pandemi untuk meningkatkan serangannya.
Pada akhirnya, kegagalan kita mengatasi dampak Covid-19 di wilayah konflik, menambah risiko instabilitas keamanan dan perdamaian dunia. Pandemi kian mengekspos defisit kepercayaan (trust deficit)antarnegara. Sikap nasionalisme semakin menonjol. Nilai-nilai kolaborasi mulai ditinggalkan. Kepercayaan terhadap kerja sama internasional dan sistem multilateralisme juga semakin menurun.
Tantangan perdamaian menjadi semakin besar dengan adanya dinamika hubungan kekuatan besar dunia yang semakin meruncing. Rivalitas negara-negara besar tampak pada gagalnya DK PBB merespons pandemi ini secara cepat. Seruan gencatan senjata global terbukti relatif menurunkan intensitas konflik di berbagai tempat, tetapi pandemi masih belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Perlu tanggung jawab bersama masyarakat internasional untuk berkontribusi dan merawat situasi konflik yang ada, agar tidak terseret kembali ke jurang krisis. Diplomasi perdamaian Indonesia tentu saja tidak berhenti melihat berbaga permasalahan diatas, bahkan sebaliknya semakin intensif. Indonesia yakin, lingkungan yang kondusif, damai, dan stabil merupakan prasyarat utama memenangkan perang melawan pandemi.
Untuk itu, diplomasi perdamaian Indonesia difokuskan pada beberapa hal. Pertama, menjaga perdamaian di kawasan. ASEAN berkepentingan menjaga agar kawasan kita tidak menjadi ajang proyeksi kekuatan di antara negara-negara besar. Belakangan ini kita melihat “show of force” yang dapat menciptakan peningkatan ketegangan di Laut Cina Selatan.
Jika ketegangan di antara kekuatan besar semakin memuncak, tidak tertutup kemungkinan terjadi guncangan lebih dahsyat, yang menyebabkan instabilitas keamanan dan menghambat upaya pemulihan ekonomi usai Covid-19. Untuk itu, ASEAN harus berperan sentral di kawasan dengan memperkuat kolaborasi dan kerja sama.
Dalam hal ini, Indonesia mengusulkan sebuah “ASEAN Foreign Ministers’ Statement on
the Importance of Maintaining Peace and Stability in Southeast Asia” yang telah dikeluarkan pada HUT ke-53 ASEAN, bulan lalu. Kita bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia akan benar-benar terwujudkan. Tentu yakin saja tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah keadaan.
Kita juga harus ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara di seluruh penjuru dunia, antara lain:
– Melalui Pendekatan Cultural (Budaya) kita dapat mewujudkan perdamaian, dengan cara melakukan pendekatan pada budaya tiap-tiap masyarakat ataupun sebuah Negara. Dengan mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa memahami karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut.
Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat, kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan perdamaian disana. Menurut penulis pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.
– Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi, berbagai masalah kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia.
Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan di dalamnya, maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan Negara di dunia ini.