oleh: Yunus Septifan Harefa
Entah siapa yang pertama kali membuat tagar #85JutaRakyatMenolakJokowi, tapi kemunculan tagar yang menjadi trending topic di twitter ini membuktikan sikap kekanak-kanakkan dari pendukung Prabowo yang masih belum move on dan menerima kekalahan. Jelas-jelas tagar ini tampak konyol dan unfaedah, karena didasarkan pada emosi yang mengabaikan fakta-fakta yang ada. Setidaknya, ada 5 Fakta yang diabaikan, sehingga muncullah tagar unfaedah #85JutaRakyatMenolakJokowi.
- Jumlah penduduk Indonesia 269 juta
Berdasarkan data worldometers per 8 Juli 2019, jumlah penduduk Indonesia tahun 2019 adalah sebanyak 269,574,840 jiwa. Jika dibuat presentase dari data ini, maka angka 85 juta adalah 31 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Dengan demikian, jumlah 85 juta yang dituliskan dalam tagar itu, terlalu kecil untuk kemudian menolak keterpilihan Jokowi.
2. Angka 85 Juta menegaskan kekalahan Prabowo dan mengukuhkan kemenangan Jokowi
Siapa menyangka, dengan menggunakan angka 85 juta ternyata semakin menegaskan kekalahan Prabowo dan mengukuhkan kemenangan Jokowi. Jumlah 85 juta yang berarti 31 % dari total suara rakyat- yang juga belum tentu kebenarannya itu-tidak mungkin bisa dijadikan tolak ukur untuk menolak keterpilihan Jokowi. Tapi, kalaupun berusaha menerima angka tersebut, maka tetap saja tidak cukup kuat untuk menolak Jokowi sebagai Presiden, karena 69 % rakyat Indonesia menerima dan menginginkan kepemimpinan Jokowi.
3. Langkah konstitusi sudah ditempuh dan Jokowi adalah Presiden terpilih 2019-2024
Semua langkah konstitusi sudah ditempuh. Segala tuduhan kecurangan yang dialamatkan kepada Jokowi tidak dapat dibuktikan. Hukum sudah ditegakkan dan semua rakyat Indonesia wajib mengikutinya. Jokowi adalah Presiden terpilih 2019-2024. Ini tidak bisa dibantah, karena ratusan juta rakyat Indonesia menginginkan beliau memimpin Indonesia dalam 5 tahun ke depan. Yang harus diingat bahwa dalam kontestasi, selalu ada pihak yang kalah dan menang. Ini wajar. Jadi, kalau kalah harus bisa terima dan jangan buat rusuh. Indonesia lebih penting dibandingkan kepentingan pribadi-pribadi.
4. Prabowo menghormati keputusan konstitisi
Pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK), pidato Prabowo dengan jelas menyatakan sikap hormatnya terhadap keputusan konstitusi. Artinya, Bapak Prabowo sebagai seorang negarawan menunjukkan ketaatannya pada konstitusi dengan menghormati dan menerima hasil pemilu dengan hati yang lapang. Lalu, kalau pemimpinnya menghormati keputusan konstitusi, mengapa pendukungnya menolak putusan konstitusi? Menyedihkan, karena tagar yang dimunculkan oleh para pendukung Prabowo ini sebenarnya menunjukkan bentuk ketidakhormatan mereka kepada Bapak Prabowo sendiri, yang hormat dan taat pada konstitusi.
5. Ratusan juta rakyat Indonesia rindu perdamaian bukan perpecahan
Tagar #85JutaRakyatMenolakJokowi adalah tagar yang memicu polarisasi di tengah-tengah masyarakat dan sepertinya pembuat tagar ini memang ingin terjadi perpecahan di negeri ini. Namun, pembuat tagar unfaedah ini lupa sesuatu. Mereka lupa bahwa di Indonesia ini ada ratusan juta masyarakat yang merindukan perdamaian bukan perpecahan.
Kita harusnya semakin sadar bahwa polemik ini telah memakan jiwa dan menguras emosi kita bersama. Sudah saatnya diakhiri. Kita harus mulai untuk menatap ke depan memajukan dan membangun Indonesia. Oleh sebab itu, tagar semacam ini tidak relevan untuk sekarang ini. Indonesia butuh tagar yang menyatukan dan membangun bangsa. Indonesia tidak butuh tagar yang memecahkan. #Indonesiabersatu