Realita Sosial di Masyarakat : Perayaan Hari Raya Idul Adha di Masa Pandemi Covid-19

0
1196

Dunia masih berduka, bahkan setiap harinya selalu ada saja kabar buruk di lingkungan sekitar kita. Ya Corona, meninggalkan sejuta duka di masyarakat Indonesia. Corona mengajarkan kita bahwa sedetik waktupun sangatlah berharga, oksigen yang kita hirup pun untuk bernafas sangatlah bermakna. 

Walaupun saat ini seluruh dunia khususnya di Indonesia masih dihadapkan pada masa pandemi, namun Hari Raya Idul Adha bukan berarti ditiadakan. Sama halnya seperti Idul Fitri atau lebaran, hanya saja bentuk kegiatan dan berbagai aktivitas di dalamnya diatur agar tidak membuat kondisi pandemi semakin parah. 

Yang perlu digarisbawahi oleh kita semua adalah harus tahu esensi dari perayaan Hari Raya Idul Adha. Seperti halnya lebaran, aktivitas seperti mudik, silaturahmi dan membuat kue lebaran itu semua adalah hal-hal yang bersifat tambahan. Esensinya Idul Fitri adalah kita kembali ke fitrah, saling memaafkan, kembali suci dan semangat untuk menjalankan ibadah sebagaimana di bulan Ramadhan.

Begitupun dengan Idul Adha, esensinya adalah pada bagaimana kita melaksanakan ibadah kurban dan terus meningkatkan ketaqwaan kita dengan berbagai bentuk ibadah. Aktivitas seperti memasak bersama, berkunjung satu sama lain, ataupun menyaksikan kurban secara langsung bukanlah hal yang wajib dilakukan. Tanpa hal tersebut, Hari Raya Idul Adha masih tetap bisa kita rasakan.

Kita masih bisa merayakan hari Raya Idul Adha namun tidak menyebabkan kondisi pandemi semakin parah. Sebagaimana realita sosial di masyarakat dalam Merayakan Hari Raya Idul Adha 2021  

Pertama, Beberapa orang memilih melaksanakan Shalat Idul Adha di Rumah. Apalagi bagi wilayah zona merah dan sedang melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, maka sudah sangat wajib untuk tidak melaksanakan shalat Idul Adha di luar rumah atau berjamaah.

Sebagaimana yang tertuang dalam surat edaran Menteri Agama No SE 16 tahun 2021, tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Malam Takbiran, Salat Idul Adha, dan Pelaksanaan Kurban Tahun 1442H/2021 M di Luar Wilayah PPKM. Sesuai aturan tersebut, Shalat Idul Adha ditiadakan pada kabupaten/kota dengan zona merah dan pelaksanaan PPKM Darurat. 

Kalaupun ada daerah atau wilayah yang diperbolehkan, maka protokol kesehatan ketat harus tetap dilakukan. Walaupun melaksanakan Shalat Idul Adha di rumah saja namun tetap kita bisa melaksanakannya bersama keluarga, atau jika pun harus sendiri kita bisa menghidupkan suasana Idul Adha di rumah dengan nuansa takbir atau dzikir kepada Allah SWT.

Kedua, Tidak Berkerumun dan Menjaga Jarak Saat Pelaksanaan Pemotongan Hewan Kurban. Hindari bersalaman, berkerumun, atau melaksanakan aktivitas yang mengundang banyak orang dan menimbulkan keramaian. Jika hal ini dilakukan, maka akan membuat virus Covid-19 menjadi lebih mudah menyebar dan akan cepat menginveksi ke banyak orang. 

Bagi panitia kurban Idul, maka wajib untuk membatasi panitia serta orang-orang yang melihatnya. Jika bisa, maka dalam wilayah pemotongan hanya ada panitia inti yang terlibat saja, sedangkan warga yang hanya melihat-lihat tentu harus dilarang. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka akan mengundang warga yang lain juga untuk ikut melihat-lihat dan berakibat menimbulkan kerumunan. 

Islam sendiri tidak mewajibkan kita untuk menyaksikan pemotongan hewan kurban, karena yang paling terpenting niat kita sudah lurus dan panitia secara transparan melakukan pelaporan hasil pemotongan serta distribusi daging pada Shohibul Qurban.

Ketiga, Jika Ingin melihat proses penyembelihan masyarakat dipastikan dalam keadaan sehat dan menggunakan masker double bagi panitia kurban. Panitia kurban harus dipastikan telah divaksin Covid-19 dan juga bebas dari Covid-19. Untuk itu perlu adanya pemeriksaan dan tes sebelumnya agar proses pelaksanaan pemotongan aman serta lancar. 

Jangan lupa untuk menggunakan double masker bagi panitia kurban agar semuanya tetap terlindungi. Usahakan ada area khusus untuk istirahat, sehingga panitia kurban yang ingin makan dan minum bisa di area khusus. Area khusus ini juga harus dipastikan kesterilannya serta diatur agar tidak menjadi kerumunan.

Kempat, daging kurban yang siap dibagikan kemudian diantarkan Ke Lokasi atau Rumah Penerima Manfaat. Guna menghindari kerumunan, sebaiknya panitia memberlakukan distribusi daging kurban secara langsung ke rumah penerima manfaat. Hal ini dilakukan agar tidak membuat penerima manfaat menjadi mengantri dan terjadi kerumunan. 

Memang akhirnya panitia harus menggunakan kendaraan, harus ada budget untuk mengantarkan langsung. Namun, hal ini jauh lebih aman dibandingkan penerima manfaat harus berkerumun dan berebut daging hewan kurban di lokasi. Kita bisa menerapkannya, sebelum hari-H pembagian (misalnya satu minggu-2 hari sebelumnya) panitia sudah mendata siapa saja yang akan mendapatkan distribusinya. Tentu ini akan menjadi lebih aman dan memudahkan penerima manfaat mendapatkan daging.

Kelima, kita juga bisa Maksimalkan Aktivitas dengan Fasilitas Online. Di zaman sekarang, segala aktivitas bisa kita lakukan secara online. Jika teman ingin bersilaturahmi, maka bisa juga lewat video call atau streaming bersama-sama keluarga. Esensi dari silahturahmi bukan saja soal bertemu fisik atau tidak, tapi soal hubungan yang terus terjalin satu sama lain, itu yang tidak boleh putus. 

Selagi masih ada fasilitas online maka segalanya akan menjadi lebih mudah, termasuk jika ingin berkirim kudapan atau hantar maka kita pun bisa memanfaatkan jasa kurir atau mungkin ojek online. Dengan mengurangi keluar rumah, maka penyebaran Covid-19 pun juga akan lebih terkendali.

Memang tidak mudah menghadapi pandemi ini, bahkan kita pun juga bisa merasakan kelelahan. Namun, kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rezeki yang telah diberikan. Semuanya adalah bukti Allah SWT masih memberikan kesempatan pada kita untuk lebih banyak bersyukur dan bertaqwa kepada-Nya. 

Bersabarlah, jika kita mampu menahannya insya Allah Covid-19 ini akan segera selesai dan kita bisa kembali untuk merayakan Idul Adha seperti dulu kala.

SHARE
Previous articleHabib Husein Ja’far: Produktif, Positif, Kreatif
Next articlePapua Adalah Kita, Mereka Juga Manusia Berakal

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here