Sumpah Pemuda: Momentum Introspeksi Kaula Muda

0
772
Celebrating Independence day of Indonesia. this photo was taken at the ceremonial event in Surabaya. (unsplash.com/@hobiindustri)

Peringatan Hari Sumpah Pemuda diperingati tanggal 28 Oktober setiap tahun. Peringatan ini merupakan cara bagi Bangsa Indonesia untuk mengenang ikrar para pemuda pada masa lalu dalam rangka menyatukan diri dalam ruang lingkup NKRI. Ya, 28 Oktober 1928 adalah momentum bersejarah bagi bangsa ini. Berbagai kelompok dari berbagai suku dan agama, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Katholikee Jongelingen Bond, Pemuda Indonesia, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, dan lain-lain, berkumpul di Batavia (Jakarta) untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda II. Mereka membaca ikrar bersama sebagai hasil dari kongres tersebut di sebuah rumah pondokan milik seorang keturunan Tionghoa yang bernama Sie Kok Liong.

Ikrar tersebut berbunyi:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Mulai tahun 1959 Presiden Soekarno melalui Keppres nomor 316 Tahun 1959 yang diterbitkan tanggal 16 Desember 1959 menjadikan tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda. Sejak saat itu pula, setiap tanggal 28 Oktober terdapat berbagai acara seremonial yang diselenggarakan oleh seluruh kalangan (tidak hanya pemuda) untuk mengenang peristiwa bersejarah itu. Ya, peringatan sumpah pemuda diharapkan dapat menjadi momentum bagi seluruh elemen bangsa, khususnya kaula muda untuk apat meneladani kisah dan nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa tersebut.

Menurut Sri Sudarmiyatun dalam buku yang berjudul Makna Sumpah Pemuda (2012), sumpah pemuda memiliki beberapa nilai, antara lain patriotisme, gotong-royong, musyawarah untuk mufakat, cinta tanah air, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan, kerukunan, kerjasama, cinta damai, serta tanggung jawab. Selain itu, makna lain yang terkandung di dalam sumpah pemuda ialah implementasi dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu. Makna tersebut dapat kita lihat secara kasat mata dari berbagai jenis kelompok agama dan suku yang ikut serta bermusyawarah dan berikrar dalam Kongres Pemuda II.

Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari peringatan sumpah pemuda ini? Untuk menjawab pertanyaan tersebut setidaknya bisa kita fokuskan pada beberapa masalah yang sedang dihadapi oleh pemuda bangsa Indonesia.

Krisis identitas dan jati diri
Permasalahan ini dapat diidentifikasi dengan kebiasaan dan gaya hidup pemuda Indonesia masa kini. Hal ini dipengaruhi oleh arus globalisasi informasi. Globalisas informasi memberikan efek cepatnya informasi yang didapatkan melalui media sosial yang berisi informasi tentang para selebritis yang kemudian menjadi trendsetter para pemuda dalam kehidupan sehari-hari. Tak heran, pemuda Indonesia hari ini lebih banyak
hafal nama-nama artis dan lagu-lagu terkini ketimbang nama-nama pahlawan dan lagu – lagu nasional, bahkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Selain itu, globalisasi informasi juga mempengaruhi banyaknya budaya asing yang masuk dan mempunyai tempat tersendiri di hati pemuda Indonesia. Pemuda Indonesia masa kini lebih mengenal budaya-budaya asing ketimbang budaya daerah asal mereka dilahirkan. Contohnya: pemuda Indonesia lebih mengenal selebritis dari Korea Selatan daripada tokoh budaya lokal di daerahnya masing-masing.

Lemahnya intelektualitas dan sering terjebak hoax
Poin ini juga merupakan masalah pemuda Indonesia masa kini. Semakin
canggihnya teknologi informasi membuat pemuda bebas mendapatkan informasi dari mana saja. Sayangnya, derasnya arus informasi harus dibarengi dengan rendahnya minat baca pemuda. Hal ini mengakibatkan pemuda mudah terjebak informasi-informasi yang tidak sesuai dengan fakta atau hoax.

Perilaku etnosentris
Menurut KBBI, etnosentrisme adalah sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Perilaku ini ada pada diri pemuda Indonesia masa kini. Pemuda Indonesia gemar untuk berkelompok. Biasanya para pemuda bergabung atau membuat kelompok berdasarkan bakat, minat, hobi, suku, bahkan agama. Kebiasaan tersebut apabila dibarengi dengan sikap etnosentris menjadi pemicu munculmya pertikaian dan permusuhan antarkelompok pemuda yang kemudian menjadi masalah tersendiri bagi bangsa ini.

Lalu, apa yang harus pemuda masa kini lakukan untuk berkontribusi bagi bangsa ini? Pertanyaan ini mengarahkan kita kepada solusi bagi permasalahan yang teridentifikasi di atas. Sebagai langkah awal, dalam momen sumpah pemuda ini setidaknya para pemuda dapat mencontoh semangat para pemuda yang ikut dalam Kongres Pemuda II. Mereka meredam sikap egoisme dan kepentingan kelompok demi terciptanya persatuan dan kesatuan. Sebagaimana penjelasan di awal tulisan ini, kelompok pemuda yang ikut dalam Kongres Pemuda II terdiri dari berbagai kelompok agama dan primordial, namun mereka rela melebur menjadi sebuah kesatuan atas nama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semangat inilah yang perlu diteladani oleh pemuda masa kini.

Selain itu, untuk menanamkan semangat persatuan dan kesatuan, gotong royong, cinta damai, dan cinta tanah air seperti yang dicontohkan para pemuda tempo dulu, perlu dilakukan perubahan mindset atau pola pikir di dalam masing-masing individu kaula muda. Para pemuda perlu menanamkan prinsip one thousand friend zero enemy. Ya, ini merupakan prinsip bagi Indonesia sebagai negara dalam bergaul di dunia internasional. Akan tetapi, prinsip ini dapat kita bawa ke dalam sendi-sendi kehidupan pemuda untuk dapat mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan dalam Kongres Pemuda II.

Selanjutnya, selain dari internal pemuda, faktor ekstenal juga dapat membantu dan mendukung pemuda masa kini untuk lebih cinta tanah air. Faktor eksternal yang dimaksud adalah dukungan seluruh stakeholder untuk membina dan mengarahkan pemuda sesuai dengan tujuan NKRI. Tanpa adanya dukungan dari luar, pemuda akan merasa terpisah dan asyik dengan dunianya sendiri. Hal ini dapat berakibat tidak adanya jiwa memiliki tanah air di dalam diri pemuda. Oleh karena itu, gotong royong seluruh elemen masyarakat merangkul pemuda untuk dapat lebih bertanggung jawab atas tanah airnya menjadi solusi keberlanjutan regenerasi Bangsa Indonesia.

(Khairul Rizal)

SHARE
Previous articleIlustrasi Tema Hari Sumpah Pemuda 2020: Bersatu dan Bangkit
Next articlePerlukah Pemuda Disumpah Kembali?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here