JAKARTA-Jumat (21/1), Duta Damai DKI Jakarta mengadakan diskusi daring mengenai peristiwa intoleransi yang terjadi beberapa waktu lalu di Lumajang, Jawa Tengah.
Diskusi ini mengarah kepada bagaimana agama memandang sesajen sebagai bagian dari budaya dan kepercayaan masyarakat, serta batasan asimilasi dakwah Islam dan budaya nusantara.
Lebih dalam, dalam sudut pandang tasawuf, keyakinan diartikan bukan sebatas konsepsi teologi tentang Tuhan semata, melainkan sebagai sebuah dapur yang tak perlu dipaksakan kepada orang lain dalam konteks perbedaan.
Hafis mengutip dari perkataan Caknun terkait analogi bekel makanan, “bahwa kepercayaan adalah dapur, dan kebaikan adalah displaynya”.
Hafis Maulana Ihsan, Ketua PK MATAN UNJ 2021; dan Warto’i, Pemred JATMAN Online, mengajak kita semua untuk saling menghargai, mengormati, memahami, mendalami dan mencari titik kesamaan dalam konteks keberagaman dan keberagamaan.
Seperti yang disampaikan oleh Warto’i dalam berjalannya diskusi kali ini, bahwa hendaknya dalam beragama diperlukan “saling mengenal dan saling memahami, jangan jadi agama yang kagetan” ujarnya.
Duta Damai Jakarta berkomitmen untuk terus menyampaikan pesan damai dalam bingkai kebhinekaan. Duta Damai Jakarta, Berani Damai Saatnya Beraksi!