Belajar Damai dari Filsafat Stoisisme

0
1013

Salah satu ajaran yang ada dalam filsafat Stoisisme adalah in Accordance with Nature. Bahwa kita harus “hidup selaras dengan alam”. Selaras dengan alam di sini diartikan tidak sesempit menjaga lingkungan hidup, tidak mengotori sekitar dengan membuang sampah sembarangan, dan sejenisnya, melainkan makna yang lebih luas daripada itu. Yakni kita harus mengedepankan peran rasio, nalar, akal dalam bertutur maupun bertindak.

Stoisisme adalah ilmu filsafat yang dicetus oleh seorang filsuf Yunani bernama Zeno di awal abad ke-3 SM. Stoisisme memiliki beberapa pembelajaran yang masih relevan hingga saat ini, salah satunya adalah ajaran hidup selaras dengan alam. Stoisisme melihat segala sesuatu di alam raya ini sebagai keterkaitan, bagaikan jaring-jaring raksasa besar. Dengan kata lain bahwa hidup kita yang ada ini didasari oleh kesinambungan peristiwa-peristiwa yang selalu berelasi antara satu dengan yang lain. Contoh, saya adalah anggota Duta Damai Jakarta, yang mana sebelum bergabung saya terlebih dahulu diberi informasi ini lewat teman dibangku kuliah. Kemudian kami mendaftar, mengikuti seleksi dan lolos. Yang pada akhirnya saya memiliki teman-teman baru yaitu dari Duta Damai Jakarta hingga hari ini. Begitupun dengan adanya kita saat ini tengah bersama siapa, melakukan apa dan lainnya yang semua itu tidak lepas dari rantai peristiwa.

Sikap selaras dengan alam masih sangat pas diterapkan pada kehidupan hari ini. Yang mana negeri kita kian ramai oleh berita simpang siur mulai dari kasus kakap bahkan remeh sekalipun. Sosial media kita penuh dengan debat kelompok pro-kontra suatu berita. Yang satu menyalahkan yang lain dan kelompok lain menganggap kelompok dirinya pasti benar. Dunia ini penuh dengan klaim benar dan salah. Padahal hidup ini tidak sesempit hitam dan putih.

Yang harus kita tanamkan dan ambil pelajaran dari filsafat Stoisisme adalah cara memandang dunia. Bahwa berbeda itu indah, kegaduhan bisa kita sikapi dengan tenang, cemoohan dan cacian bisa kita balas dengan pujian. Ujaran kebencian bisa kita patahkan dengan saling bahu membahu menyebar kebaikan. Narasi intoleran juga bisa kita lawan dengan terus mengudarakan narasi-narasi penuh kedamaian. Dan yang terpenting adalah kita tidak menjadi manusia yang panasan. Tidak mudah tersulut api perpecahan hanya karena kita berbeda dalam memaknai suatu fenomena. Sebab hidup tak melulu berjalan sesuai apa yang kita ekspektasikan, maka menomorsatukan rasio, nalar dan akal dalam bertutur dan bertindak adalah sikap yang sangat dekat membawa kita lebih bahagia.

SHARE
Previous articlePesan Indah dari Sepucuk Angpo Merah
Next articleMenengok Pancasila Sebelum Bersuara.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here