Tanggal 8 Maret biasa diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day (IWD). Secara singkat, sejarah IWD berawal dari tahun 1900-an ketika ekspansi besar-besaran di dunia industri, terjadi perdebatan dan kerusuhan dikalangan perempuan. Ada diskiminasi berupa penindasan kepada perempuan sehingga mereka lebih terpacu menyuarakan aspirasi dan perubahan.
Pada tahun 1908, ada sekitar 15 ribu perempuan New York menuntut jam kerja lebih singkat, gaji yang sesuai, dan hak suara. Tahun 1909 Hari Perempuan Nasional pertama dirayakan melalui deklarasi Partai Sosialis Amerika. Kemudian ditahun 1910 diadakan konferensi buruh Internasional Perempuan di Kopenhagen. Seorang wanita bernama Clara Zetkin mengusulkan IWD dirayakan serempak sedunia untuk mendesak tuntutan perempuan. Singkatnya, melalui perjalanan panjang IWD, akhirnya PBB menyetujui peringatan IWD secara meriah pada tahun 1975 dan diperingati setiap tanggal 8 maret. Hingga kini, IWD memiliki wadah untuk fokus merayakan, menunjukkan pecapaian wanita, dan menyuarakan ketidaksetaraan gender.
Melansir dari internationalwomensday.com, perayaan International Women’s Day tahun 2021 ini mengangkat tema Choose To Challege atau Pilih Untuk Menantang. Dunia yang penuh tantangan adalah dunia yang waspada. Dan dari tantangan muncullah perubahan. Jadi, mari kita semua #ChooseToChallege.
Momentum terpenting dari IWD adalah merayakan prestasi perempuan, kesadaran tentang kesetaraan perempuan, lobi untuk paritas gender dipercepat, dan penggalangan dana amal terfokus untuk perempuan.
Perayaan tidak hanya pesta belaka, dalam berbagai sektor peran perempuanlah yang harus dibuktikan. Perempuan harus memahami posisi, kodrat, tugas kewajiban, dan hak-haknya. Perempuan boleh menjadi liar, bukan berkonotasi negatif seolah tak terkendali, namun liar dalam arti positif berupa kebebasan dan keberanian.
Beberapa waktu lalu, tepatnya 1 Februari 2021 ramai kasus demo kudeta militer Myanmar yang menjadi perhatian dunia, ketika itu militer Myanmar telah merebut kukuasaan setelah menahan Aung San Suu Kyi dan para pemimpin partai lainnya yang terpilih secara demokratis, militer menuduh kemenangan telak pemilu tersebut dirusak akibat penipuan.
Melanjutkan kasus kudeta tersebut, dalam demo pada 3 Maret 2021 di jalanan Mandalay, Myanmar. Seorang perempuan heroik bernama Kyal Sin yang baru berusia 19 tahun viral karena tertembak oleh aparat pengaman demo. Saat itu kerusuhan terjadi saat polisi menembakkan gas air mata, banyak masa yang terluka hingga tembakan yang menyebabkan seorang gadis gugur. Semua media mengungkapan kekaguman pada gadis ini yang memilih untuk bergabung dalam barisan demonstran, nalurinya terketuk untuk beraksi nyata bagi negaranya, bukan sama sekali agar terlihat gagah lalu membuat postingan tentang aksi, namun panggilan hati untuk peran yang dibutuhkan. Hal ini membuktikan perempuan bisa menjadi liar dalam aksi positif.
Belum lagi, menilik peran perempuan sebagai pemimpin-pemimpin organisasi, sebagai ibu, sebagai pekerja, sebagai pengasuh keluarga, dengan tetap menjadi istri yang setia, secara tidak langsung mereka telah menjalankan peran perempuan yang luar biasa. Hal ini menjadikan mayoritas orang sepakat dengan istilah pepatah, “Dibalik Laki-laki Sukses, Ada Perempuan Hebat di Belakangnya”.
Maka dari itu, jadilah perempuan liar, perempuan yang memiliki rasa kebersatuan dengan alam, menjalani kehidupan secara alami mengikuti irama kehidupan dan aspirasi-aspirasi yang terdalam.
Terakhir, bersyukurlah karena terlahir sebagai perempuan.