Hari Raya Galungan dan Kuningan, Cara Umat Hindu merayakan Cinta Kasih Tuhan

0
3368
Hari Raya Galungan dan Kuningan, Cara Umat Hindu merayakan Cinta Kasih Tuhan
Hari Raya Galungan dan Kuningan, Cara Umat Hindu merayakan Cinta Kasih Tuhan

Sembilan Belas Februari adalah momen Umat Hindu untuk merayakan kemenangan kebajikan (dharma) melawan kebatilan (adharma) dan sebagai perwujudan Rasa Syukur atas kenikmatan Tuhan. Makna Galungan dalam lontar “Sunarigama” dijelaskan sebagai berikut: Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep. Jadi, inti Galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar bisa mendapat pikiran dan pendirian yang terang. Bersatunya rohani dan pikiran yang terang inilah wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan pikiran itu (byaparaning idep) adalah wujud adharma. Dari konsepsi lontar Sunarigama inilah didapatkan kesimpulan bahwa hakikat Galungan adalah merayakan menangnya dharma melawan adharma.

Hari Raya Suci Galungan melewati banyak rangkaian, yang memiliki nilai filosofis tinggi salah satunya adalah Tumpek Wariga. Upacara ini dilakukan pada Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Wariga.Tumpek Wariga atau disebut juga Tumpek Bubuh ini jatuhnya 25 hari sebelum Galungan. Pada saat Tumpek Wariga masyarakat Hindu Bali memuliakan tumbuh-tumbuhan yang berperan besar dalam kehidupan manusia dan alam semesta. Selain sebagai perwujudan cinta kasih, pada tumbuh-tumbuhan yang diupacarai juga terbesit harapan agar dapat segera berbuah atau menghasilkan.

Rangkaian lainnya yaitu, Penampahan. Penampahan jatuh pada sehari sebelum Galungan, yakni Selasa Wage wuku Dungulan. Penampahan atau Penampan berasal dari kata Nampa yang berarti menyambut. Ini artinya sehari sebelumnya, umat harus siap menyambut hari Galungan. Pada penampahan ditandai dengan pembuatan penjor sebagai ungkapan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Selain membuat penjor, umat juga menyembelih babi untuk pelengkap upacara. Penyembelihan babi ini juga mengandung makna simbolis membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia.

Selanjutnya, Galungan dirayakan pada Rabu Kliwon Dungulan. Ini adalah hari kemenangan. Upacara dilakukan mulai pagi hari, dimulai dari persembahyangan di rumah masing-masing hingga ke Pura yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal. Pada hari raya Galungan, umat semakin melihat ke dalam diri, mengintrospeksi diri agar kebaikan selalu bisa dilakukan selama hidup.

Hari Suci Kuningan dirayakan Sabtu Kliwon Kuningan. Umat memaknainya dengan cara memasang tamiang,kolem, dan endong.Tamiang adalah simbol senjata Dewa Wisnu karena menyerupai Cakra, Kolem adalah simbol senjata Dewa Mahadewa, sedangkan Endong tersebut adalah simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh Para Dewata dan Leluhur saat berperang melawan adharma. Maknanya agar manusia selalu membentengi dirinya dengan iman dan hal-hal baik.

Masih banyak lagi rangkaian perayaan yang harus kita ketahui dan dapat kita ambil hikmahnya. Berbeda dalam keyakinan dan budaya tidak berarti kita acuh bahkan membenci saudara kita kan. Rahajeng nyanggra rahina Galungan Lan Kuninga bagi saudaraku Umat Hindu di Indonesia.

-Haydar Al Jufry

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here