Dongeng Anak, Cara Tepat Bentengi Anak dari Paham Radikal

0
1838

Oleh: Haydar Al Jufry

“Ayah ceritain kisah si Kancil yaaa..”

“Iya, tapi kamu cuci tangan dan kaki dulu ya.”

Entah kapan terahir kali rutinitas seperti itu dilakukan oleh ayah, ibu, kakek dan nenek kita. Survei yang diadakan Disney di Inggris membuktikan bahwa hanya sepertiga orangtua di Inggris yang masih sempat membacakan cerita pada anak sebelum tidur. Survei tersebut diikuti oleh 1.000 orangtua dan kakek-nenek yang memiliki anak atau cucu berusia di bawah enam tahun. Sebagian orangtua mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu untuk mendongeng bagi anak-anak mereka.

Hampir sepertiga orangtua yang menjadi responden mengaku terlalu lelah untuk bercerita, terlebih ketika mereka terlambat pulang kantor dan harus melakukan pekerjaan rumah lainnya. Meskipun jumlah orangtua yang sempat membacakan cerita itu sedikit, setengah dari responden percaya mendongeng adalah cara yang tepat untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama anak-anak mereka. Sekitar 47% dari mereka juga tahu bahwa anak-anak sebenarnya senang dibacakan dongeng oleh orangtuanya.

Padahal metode dongeng dapat dijadikan sebagai media pembentuk kepribadian dan moralitas anak usia dini. Pertumbuhan otak dan kepala anak lebih cepat daripada pertumbuhan organ yang lain. Dilihat dari aspek perkembangan kecerdasan balita, banyak ahli mengatakan: pada usia 0-4 tahun mencapai 50%;  pada usia 4-8 tahun mencapai 80%; dan pada usia 8-18 tahun mencapai 100%.

Menurut para psikolog, masa kanak-kanak adalah masa yang penuh dengan imajinasi. Anak mempunyai daya imajinasi yang lebih beragam dari pada orang dewasa. Terlebih lagi ketika anak-anak bermain peran, yaitu memerankan tokoh dari sebuah cerita, maka imajinasinya akan menghidupkan daya fantasinya sehingga ia seolah-olah benar-benar menjadi sosok yang diperankannya tersebut. Selain itu, anak juga mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Oleh karena itu, orangtua perlu melatih kemampuan fisik dan kemampuan berpikir anak, termasuk mengembangkan imajinasi anak. Membacakan dongeng dapat merangsang rasa ingin tahu anak, mengembangkan imajinasinya sekaligus mempelajari nilai-nilai karakter yang ada dalam cerita dongeng.

Metode dongeng memiliki sejumlah aspek yang diperlukan dalam perkembangan kejiwaan anak, memberi wadah bagi anak untuk belajar berbagai emosi dan perasaan serta belajar nilai-nilai moral. Anak akan belajar pada pengalaman-pengalaman sang tokoh dalam dongeng, setelah itu memilah mana yang dapat dijadikan panutan olehnya sehingga membentuknya menjadi moralitas yang dipegang sampai dewasa. Metode dongeng ini juga mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa dan akal anak, dengan argumentasi-argumentasinya yang logis dan rasional. Hal yang tidak kalah penting yang membuat dongeng memiliki arti penting dalam pendidikan anak adalah karena dongeng memenuhi kriteria pendidikan efektif untuk mendidik, membina, dan mengembangkan moral anak, yang hal tersebut tidak mungkin dicapai oleh metode ceramah atau direktif (perintah).

Melihat manfaat tersebut, ada baiknya orang tua mulai membiasakan diri mendongeng pada anak. Sebenarnya tak ada salahnya mendongengkan kisah apapun selama memiliki nilai atau pesan moral di dalamnya. Mendongeng merupakan aktivitas yang ringan dan terbilang murah. Sebab, hanya bermodalkan pengetahuan saja, seseorang atau orang tua dapat leluasa mendongengkan apa saja yang ia inginkan. Mari cegah radikalisme anak sejak dini!

SHARE
Previous articleNetizen Smart, Netizen Moderat
Next articleTentang Mahasiswa Radikal, Menristek Ingatkan Pentingnya Pengawasan Medsos

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here